Manusia Pertama Yaitu Nabi Adam AS, Ini Kisahnya
Nabi Adam AS adalah nama yang tak terpisahkan dari asal-usul manusia dalam perspektif Islam. Ia bukan sekadar figur sejarah, melainkan titik awal narasi kenabian, tanggung jawab manusia sebagai khalifah, dan pelajaran ketaatan serta taubat. Berikut ringkasan kisahnya dengan rujukan pada Al-Qur’an dan tafsir klasik.

Diciptakan dari Tanah: Awal Keberadaan Manusia
Al-Qur’an menegaskan bahwa penciptaan Adam bermula dari tanah. Allah menciptakan Adam dari tanah liat yang diberi bentuk, lalu meniupkan ruh ke dalamnya sehingga jadilah makhluk yang hidup. Kisah penciptaan ini menegaskan dua hal penting: asal materiil manusia dan pemberian dimensi ruhani dari Sang Pencipta.
“Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berfirman kepadanya: ‘Jadilah!’, maka jadilah ia.” (QS. Ali Imran [3]: 59)
Dimuliakan: Sujud Malaikat dan Penolakan Iblis
Setelah penciptaan, Allah memerintahkan para malaikat untuk sujud menghormati Adam. Semua malaikat taat, kecuali Iblis yang menolak karena merasa lebih mulia—ia diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Penolakan Iblis ini menjadi akar permusuhan antara Iblis dan manusia yang terus berlangsung hingga hari kiamat.
Surga, Larangan, dan Godaan
Adam dan Hawa ditempatkan di surga dan diberikan kebebasan untuk menikmati segala yang ada kecuali satu larangan: menjauhi pohon tertentu. Namun Iblis berhasil membujuk keduanya sehingga mereka melanggar larangan tersebut. Peristiwa ini bukan hanya narasi "kesalahan pertama", melainkan pelajaran tentang kerentanan manusia terhadap godaan dan pentingnya kewaspadaan spiritual.
“Maka syaitan membujuk keduanya (Adam dan Hawa) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah memakan (buah) pohon itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupi diri dengan daun-daun surga. Lalu Tuhan mereka menyeru: ‘Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepadamu bahwa syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (QS. Al-A’raf [7]: 22)
Taubat yang Mengajarkan Contoh untuk Kita
Setelah menyadari kesalahan, Adam dan Hawa segera memohon ampun kepada Allah. Doa taubat mereka terekam dalam Al-Qur’an sebagai model taubat yang tulus: mengakui kesalahan, menyesal, dan memohon ampun dan rahmat. Kisah ini menjadi teladan bahwa meski manusia bisa salah, pintu ampunan selalu terbuka bagi yang benar-benar bertaubat.
“Keduanya berkata, ‘Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri; jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf [7]: 23)
Adam sebagai Nabi dan Khalifah
Dalam tradisi Islam, Adam tidak hanya manusia pertama tetapi juga utusan Allah (nabi) yang diberi tanggung jawab sebagai khalifah—wakil Allah di muka bumi. Peran ini mengandung makna etis: manusia diberi amanah untuk merawat bumi dan menjalankan kehidupan yang berlandaskan moral ketuhanan.
Keturunan dan Kisah Awal Umat Manusia
Dari Adam dan Hawa lahirlah keturunan manusia pertama. Di antaranya kisah Qabil dan Habil—kisah tragis pembunuhan yang menjadi peringatan dini tentang bahaya iri hati, kedengkian, dan hilangnya martabat manusia saat mengikuti nafsu gelap. Kisah-kisah ini dalam Al-Qur’an mengingatkan pentingnya keadilan dan pengendalian diri.
Dari Masa Lalu ke Kehidupan Sekarang
Kisah Nabi Adam AS menghubungkan narasi teologis, moral, dan eksistensial. Bukan sekadar cerita masa lalu—kisah ini mengandung pelajaran yang relevan untuk kehidupan modern: soal amanah, godaan, tanggung jawab, dan harapan akan ampunan. Renungkan, ambil hikmah, dan jalankan amanah dengan penuh kesadaran.
Baca Juga: Sedekah untuk Orang Meninggal Menurut Islam: Dalil, Niat, dan Tata Caranya