Nabi Idris AS: Sosok Cendekia dan Saleh yang Diangkat ke Derajat Tinggi
Di antara deretan nabi yang disebut dalam Al-Qur’an, Nabi Idris ‘alaihis-salām menempati posisi unik. Namanya hanya muncul dua kali dalam Al-Qur’an — singkat, namun penuh makna. Tidak banyak kisah terperinci tentangnya, tetapi pujian Allah kepadanya menunjukkan derajat spiritual dan intelektual yang sangat tinggi. Dalam sejarah Islam, Idris dikenal bukan hanya sebagai nabi, tetapi juga sebagai simbol ilmu, ketekunan, dan kejujuran — pelopor peradaban yang mengenalkan manusia pada tulisan dan ilmu pengetahuan.

Idris dalam Al-Qur’an: Ditinggikan Derajatnya oleh Allah
Allah menyebut Nabi Idris secara langsung dalam dua ayat:
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kepada mereka kisah Idris di dalam Al-Kitab. Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”
(QS. Maryam [19]: 56–57)
“Dan (ingatlah) Ismail, Idris, dan Dzul-Kifli; semuanya termasuk orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Anbiya [21]: 85)
Dari dua ayat ini, para mufassir menjelaskan tiga hal penting:
- Idris adalah Nabi yang Siddiq (jujur dan teguh dalam kebenaran) — menunjukkan integritas moral dan spiritual yang luar biasa.
- Allah mengangkatnya ke tempat yang tinggi (مَكَانًا عَلِيًّا) — yang ditafsirkan secara beragam: sebagian mengatakan diangkat secara fisik ke langit (tafsir Ibn Kathir), sebagian lain memaknainya sebagai derajat spiritual yang tinggi di sisi Allah.
- Termasuk orang sabar (shabirin) — sifat utama para rasul yang diuji dengan berat, namun tetap teguh.
Idris dalam Hadits: Ditemui Rasulullah di Langit Saat Isra’ Mi’raj
Dalam riwayat Sahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ ketika melakukan perjalanan Isra’ Mi‘raj bertemu dengan beberapa nabi di langit. Di salah satu tingkatan langit — sebagian riwayat menyebut langit keempat — beliau bertemu Nabi Idris AS.
Hadits ini menjadi penguat makna ayat bahwa Idris memang dinaikkan ke tempat tinggi, bukan hanya secara maknawi, tetapi juga secara nyata. Kehadiran Idris di langit adalah simbol kemuliaan dan kedekatannya dengan Allah.
Asal Usul dan Kehidupan: Antara Fakta Qur’ani dan Riwayat Sejarah
Al-Qur’an tidak menyebut asal daerah atau keturunan Nabi Idris secara eksplisit. Namun, dalam riwayat tafsir klasik disebutkan bahwa:
- Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam AS, melalui jalur Syits (Seth).
- Sebagian mufassir mengaitkannya dengan Enoch dalam tradisi Yahudi-Kristen.
- Disebut hidup di masa awal umat manusia — antara Adam dan Nuh.
Tafsir Ibn Kathir menambahkan bahwa Idris dikenal sebagai orang pertama yang menulis dengan pena, dan memiliki pengetahuan tentang perbintangan, perhitungan waktu, dan menjahit pakaian.
Namun, catatan ini termasuk kategori riwayat Isra’iliyat — artinya, tidak bersumber dari Al-Qur’an atau hadits shahih, tetapi dari kisah ahli kitab yang disampaikan oleh perawi Muslim terdahulu. Ia boleh disebut selama tidak bertentangan dengan prinsip Islam, tetapi tidak bisa dijadikan dalil pasti.
Makna Spiritual dan Teladan Nabi Idris
Nabi Idris menggambarkan sosok ilmuwan yang beriman, nabi yang berilmu, dan manusia yang sabar.
Dalam tafsir modern, banyak ulama menafsirkan bahwa Allah mengangkat Idris karena ilmu dan amalnya berjalan seiring — simbol bahwa ilmu tanpa iman tidak bernilai, dan iman tanpa ilmu tidak berdaya. Beliau menjadi cerminan penting bagi umat Islam masa kini:
- Menegakkan kebenaran dengan kejujuran (ṣidq),
- Berilmu tanpa sombong,
- Bersabar dalam dakwah dan ujian hidup,
- Dan menjadikan ilmu sebagai jalan mendekat kepada Allah.
Penutup
Walaupun kisah Nabi Idris tidak sepanjang Nabi Nuh atau Ibrahim, namun kedalaman makna dari dua ayat tentangnya sudah cukup untuk menunjukkan keagungan seorang hamba pilihan. Ia adalah pelopor ilmu dan amal, nabi yang sabar dan siddiq, dan manusia yang diangkat ke derajat tinggi oleh Allah — sebuah simbol bahwa kemuliaan sejati datang dari ilmu yang disertai ketulusan iman. simak promo umroh laraiba
